Matahari tepat berada diatas menandakan adzan sholad dzuhur akan di kumandangkan seiring itu pula kami pamit kepada segenap pengurus ta'mir masjid Agung Sumenep untuk melanjutkan perjalanan dan tujuan kami selanjutnya ingin melihat keraton sumenep
Keraton
Sumenep berdiri di atas tanah milik pribadi Pangeran Natakusuma I
(Panembahan Somala) (sebelah timur keraton lama milik Ratu R. Ayu
Rasmana Tirtanegara). Kompleks bangunan Karaton Sumenep lebih sederhana
dari kompleks Karaton kerajaan Mataram, bangunannya hanya meliputi
Gedong Negeri, Pengadilan Karaton, Paseban, dan beberapa bangunan
Pribadi Keluarga Karaton.
Di depan keraton, ke arah selatan berdiri Pendapa Agung dan di
depannya berdiri Gedong Negeri (sekarang Kantor Disbudparpora) yang
didirikan oleh Pemerintahan Belanda. Konon, Pembangunan Gedong Negeri
sendiri dimaksudkan untuk menyaingi kewibawaan keraton Sumenep dan juga
untuk mengawasi segala gerak-gerik pemerintahan yang dijalankan oleh
keluarga Keraton. Selain itu Gedong Negeri ini juga difungsikan sebagai
kantor bendahara dan pembekalan Karaton yang dikelola oleh Patih yang
dibantu oleh Wedana Keraton.
Disebelah timur Gedong Negeri tersebut berdiri pintu masuk keraton
Sumenep yaitu Labang Mesem. Pintu gerbang ini sangat monumental, pada
bangian atasnya terdapat sebuah loteng, digunakan untuk memantau segala
aktifitas yang berlangsung dalam lingkungan keraton. Konon jalan masuk
ke kompleks keraton ini ada lima pintu yang dulunya disebut ponconiti.
Saat ini tinggal dua buah yang masih ada, kesemuanya berada pada bagian
depan tapak menghadap ke selatan. Pintu yang sebelah barat merupakan
jalan masuk yang amat sederhana. Di bagian pojok disebelah timur bagian
selatan
Labhang Mesem berdiri
Taman Sare (tempat pemandian putera-puteri Adipati) dimana sekelilingnya dikelilingi tembok tembok yang cukup tinggi dan tertutup.
Sedangkan di halaman belakang keraton sebelah timur berdiri dapur,
sebelah barat berdiri sisir (tempat tidur para pembantu keraton, emban,
dayang-dayang Puteri Adipati), di sebelah barat terdapat sumur. Di depan
sumur agak ke arah barat berdiri Keraton Ratu R. Ayu Rasmana
Tirtanegara, dan di depannya berdiri pendapa. Namun pada jaman
pemerintahan Sultan Abdurahman Pakunataningrat pendapa tersebut
dipindahkan ke Asta Tenggi dan disana didirikan Kantor Koneng.
Pembangunan Kantor Koneng (kantor kerajaan/adipati) semula mendapat
tentangan keras oleh pemerintah Hindia Belanda karena hal tersebut
bertentangan dengan peraturan pemerintah saat itu. Namun, untuk
menghindari tuduhan tersebut maka Sultan beninisiatif untuk mengubah
seluruh cat bangunan tembok berwarna kuning selaras dengan namanya yaitu
"kantor koneng" (
bahasa belanda :konenglijk=kantor raja/adipati).
Pada Masa Pemerintahan Sultan Abdurrahman, kantor Koneng difungsikan
sebagai tempat rapat-rapat rahasia para pejabat-pejabat tinggi Karaton.
Di sebelah selatan Kantor Koneng, di pojok sebelah barat pintu masuk
berdiri pendapa (paseban).
Pada mulanya antara keraton dengan pendopo letaknya terpisah. Namun,
pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, kedua
bangunan tersebut dijadikan satu deret. Dahulu, Paseban (pendopo ageng)
difungsikan sebagai tempat sidang yang dipimpin langsung oleh sang
Adipati dan dihadiri oleh seluruh pejabat tinggi karaton yang waktunya
dilaksanakan pada hari-hari tertentu. Paseban sendiri diurus oleh mantri
besar dan dibantu oleh kebayan.
Di sebelah selatan Taman Sare berdiri Pendapa atau Paseban dan
sekarang dijadikan toko souvenir. Di sebelah selatan keraton terbentang
jalan menuju
Masjid Jamik Sumenep (ke arah barat), sedangkan ke arah timur menuju jalan
Kalianget.
Di sebelah timur keraton adalah perkampungan,dan di arah timur jalan
adalah Kampong Patemon. Artinya tempat pertemuan aliran air taman
keraton dan aliran-aliran air taman milik rakyat dan Taman Lake’ (tempat
pemandian prajurit keraton). Dari jalan Dr. Sutomo ke arah timur
terdapat jalan menurun, sebelum tikungan jalan berdiri pintu gerbang
keluar atau Labang Galidigan. Di sebelah barat pintu keluar terdapat
jalan menurun, bekas undakan tujuh.
Di sebelah selatan jalan undakan terdapat Sagaran atau laut kecil merupakan tempat bertamasya putera-puteri
Adipati. Sekarang
Sagaran
tersebut ditempati perumahan rakyat dan lapangan tennis. Di sebelah
barat lapangan tennis, berdiri kamarrata merupakan tempat kereta
kencana, dan dibelakangnya berdiri kandang kuda lengkap dengan dua
taman.
Komplek keraton Sumenep justru tidak menghadap ke barat tetapi ke
selatan. Hal ini berhubungan dengan legenda laut selatan ( selat Madura )
tempat bersemayamnya Raden Segoro dan analog dengan legenda di Mataram
tentang Nyai Roro Kidul yang konon istri dari
Sultan Agung
yang bersemayam/bertahta di Segoro Kidul ( Lautan Indonesia ). Dari
legenda tersebut menimbulkan dogma turun temurun bahwa rumah tinggal
yang baik harus menghadap ke selatan. Ditinjau dari tapak ( site
planning ) terlihat bahwa kompleks bangunan keraton pada prinsipnya
menganut keseimbangan simetri dengan menggunakan as/sumbu yang cukup
kuat. Hal ini merupakan usaha perencanaannya untuk memberikan kesan
agung dan berwibawa dari kompleks ini.
Dan yang paling membuat aku haru dan bangga menjadi bagian dari warga negara indonesia adalah ketika aku membaca sebuah prasasti betapa agungnya penguasa saat itu :
Prasasti keraton Sumenep berisi wasiat Panembahan Somala tentang
kompleks bangunan Karaton dan sekitarnya. Prasasti tersebut ditulis pada
tahun 1200 H atau tahun ba' Bulan Muharram dengan huruf arab dan
sekarang masih tersimpat di Museum Karaton Sumenep.
Tahun Hijriah Nabi SAW. 1200 (tahun ba') dibulan Muharram, inilah
bangunan-bangunan (tempat tinggal) serta tanah-tanah wakaf Pangeran
Natakusuma Adipati Sumenep. Semoga Allah SWT memberi ampun baginya dan
kedua orang tuanya. Inilah bangunan serta tanah yang tidak dapat dirusak
dan tidak dapat diwaris sebabb bangunan (termasuk tanah tersebut)
adalah wakaf yang diperuntukkan untuk kebutuhan orang fair dan orang
miskin. Saya memberi perintah kepada sekalian keturunan, atau kalau
tidak ada sanggup, kepada lainnya guna memperbaiki mengawasi dan
memlihara bangunan-bangunan dan tanah tersebut, bagi keturunan lainnya
yang telah memlihara dan mengawasi wakaf itu semoga Allah SWT,
mengaruniai keselamatan dunia maupun akherat.